Mengenal Tengku Chik Maat di Tiro Sang Pahlawan Aceh

Sejarah Tengku Chik Maat di Tiro

Tulisan dari Haekal Afifa | Ketua Institut Peradaban Aceh


Dia memiliki wajah yang tampan, kulitnya putih rupawan. Mengenakan celana hitam bermotif perak, dengan baju hitam berkancing emas. Tangkulôk sutra berwarna merah melekat diatas kepalanya dengan senjata yang masih tergenggam erat dalam pelukannya.

Sebutir peluru Belanda menembus jantung dan matanya yang menatap langit-langit merdeka. Schmidt dan semua prajuritnya tertegun, diam dalam kehampaan. Pandangannya membisu dengan penuh hormat kepada sesosok mayat anak laki-laki suci itu.

Seorang anak muda Aceh yang masih berumur 16 tahun. Anak muda yang memilih syahid di Alue Bhôt, Tangse pada 3 Desember 1911 dalam usianya masih sangat muda. Anak muda yang memiliki penghormatan dan pujian tinggi dari musuhnya. Pemuda yang dijuluki "vader's zoon" (Aneuk Agam) oleh Letnan Belanda.

Pemuda yang telah menoreh sejarah Aceh dengan tinta emas. Laki-laki itu adalah Tengku Chik Maat di Tiro bin Tengku Chik Muhammad Amin bin Teungku Chik di Tiro Muhammad Saman. Sang martir yang telah membangkitkan Teungku Chik di Tiro Hasan Muhammad untuk mendeklarasikan ulang kemerdekaan Aceh pada 4 Desember 1976.

Sosok yang dilupakan oleh anak-anak Aceh masa kini. Terlupakan dan terlewatkan dalam narasi sejarah Aceh yang megah. Padahal, dia adalah jembatan yang telah menghubungkan masa lalu dengan kini dan masa depan. Spiritnya mendunia, namanya dipahat oleh musuhnya yang beradab. Tapi catatannya hampir dihapuskan oleh anak cucunya yang biadab. Darah njang beutöi, hareum djimeusulét!

Untukmu Sang Wali Negara, Al Fatihah.

Tidak ada komentar untuk "Mengenal Tengku Chik Maat di Tiro Sang Pahlawan Aceh"